Operational Amplifier (Op-Amp) merupakan salah satu komponen aktif yang sangat penting dalam dunia elektronika analog. Op-Amp adalah penguat tegangan dengan penguatan tinggi yang dirancang untuk digunakan bersama komponen eksternal seperti resistor dan kapasitor, sehingga dapat melakukan berbagai fungsi seperti penguatan sinyal, penyaringan (filtering), penjumlahan, integrasi, dan diferensiasi sinyal listrik.
Karakteristik utama dari Op-Amp adalah penguatan tegangan yang sangat tinggi, impedansi input yang tinggi, serta impedansi output yang rendah. Dengan konfigurasi rangkaian yang tepat, Op-Amp dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai penguat inverting, non-inverting, diferensial, hingga sebagai komparator. Fleksibilitas dan kehandalan Op-Amp menjadikannya komponen kunci dalam banyak sistem elektronika, mulai dari instrumen pengukuran, sistem kendali otomatis, hingga perangkat audio dan sensor.
Melalui pemahaman tentang prinsip kerja serta implementasi penguat Op-Amp dalam berbagai konfigurasi, mahasiswa atau praktikan dapat mengembangkan kemampuan dalam merancang dan menganalisis rangkaian elektronik dengan lebih baik dan aplikatif.
Memahami prinsip kerja dasar Op-Amp sebagai penguat tegangan dalam berbagai konfigurasi rangkaian.
-
Menganalisis karakteristik penguat Op-Amp, seperti penguatan (gain), impedansi input/output, serta respon frekuensi.
-
Mengenal dan merancang konfigurasi penguat Op-Amp, seperti penguat inverting, non-inverting, dan diferensial.
-
Mengamati pengaruh komponen eksternal (resistor, kapasitor) terhadap perilaku dan kinerja Op-Amp.
-
Mengaplikasikan Op-Amp dalam simulasi atau rangkaian nyata sebagai bagian dari sistem penguatan sinyal dalam perangkat elektronik
A. Alat
1. Baterai
Spesifikasi dan Pinout Baterai
Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
Output voltage: dc 1~35v
Max. Input current: dc 14a
Charging current: 0.1~10a
Discharging current: 0.1~1.0a
Balance current: 1.5a/cell max
Max. Discharging power: 15w
Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
Ukuran: 126x115x49mm
Berat: 460gr
B. Bahan
1. Resistor
2. OP AMP
- Type - NPN
- Collector-Emitter Voltage: 35 V
- Collector-Base Voltage: 35 V
- Emitter-Base Voltage: 5 V
- Collector Current: 2.5 A
- Collector Dissipation - 10 W
- DC Current Gain (hfe) - 100 to 200
- Transition Frequency - 160 MHz
- Operating and Storage Junction Temperature Range -55 to +150 °C
- Package - TO-126
A. Resistor
Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika (V=I R).
Jenis Resistor yang digunakan disini adalah Fixed Resistor, dimana merupakan resistor dengan nilai tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan subtrat isolator kemudian dipotong berbentuk spiral. Keuntungan jenis fixed resistor ini dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah.
Cara menghitung nilai resistor:
B. Transistor NPN
Transistor adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai basis, kolektor, dan emitor.
1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.
2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.
3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada titik jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor.
Rumus rumus transistor :
- Bi-Polar Transistor
- DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
- Continuous Collector current (IC) is 100mA
- Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
- Base Current(IB) is 5mA maximum
FIXED BIAS
Rangkaian transistor NPN dengan fixed bias bekerja dengan mengatur arus dan tegangan melalui komponen-komponen seperti transistor NPN, resistor basis (RB), dan resistor kolektor (RC) yang terhubung ke sumber tegangan DC (VCC). Dalam rangkaian ini, basis transistor diberi tegangan melalui RB, menciptakan tegangan basis-emitor (VBE) sekitar 0.7V, sehingga transistor berada dalam kondisi aktif. Arus basis (IB) yang mengalir ditentukan oleh VCC dan RB. Arus kolektor (IC) diperbesar oleh faktor penguatan arus transistor (β), sehingga IC = β * IB. Tegangan kolektor-emitor (VCE) dihitung dengan mengurangkan tegangan jatuh pada RC dari VCC, yaitu VCE = VCC - IC * RC. Transistor dapat beroperasi dalam kondisi aktif (menguatkan sinyal), saturasi (sakelar tertutup), atau cut-off (sakelar terbuka), tergantung pada arus basisnya. Rangkaian ini sederhana namun memiliki stabilitas termal yang buruk dan kurang cocok untuk aplikasi yang memerlukan penguatan tinggi dan stabilitas baik.
C. Infrared Sensor
Infra red (IR) detektor atau sensor infra merah adalah komponen elektronika yang dapat mengidentifikasi cahaya infra merah (infra red, IR). Sensor infra merah atau detektor infra merah saat ini ada yang dibuat khusus dalam satu modul dan dinamakan sebagai IR Detector Photomodules. IR Detector Photomodules merupakan sebuah chip detektor inframerah digital yang di dalamnya terdapat fotodiode dan penguat (amplifier). Bentuk dan Konfigurasi Pin IR Detector Photomodules TSOP.
Prinsip Kerja Sensor Infrared
Grafik
menunjukkan hubungan antara resistansi dan jarak potensial untuk
sensitivitas rentang antara pemancar dan penerima inframerah. Resistor
yang digunakan pada sensor mempengaruhi intensitas cahaya inframerah
keluar dari pemancar. Semakin tinggi resistansi yang digunakan, semakin
pendek jarak IR Receiver yang mampu mendeteksi sinar IR yang dipancarkan
dari IR Transmitter karena intensitas cahaya yang lebih rendah dari IR
Transmitter. Sementara semakin rendah resistansi yang digunakan, semakin
jauh jarak IR Receiver mampu mendeteksi sinar IR yang dipancarkan dari
IR Transmitter karena intensitas cahaya yang lebih tinggi dari IR
Transmitter.
- Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
- Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 º.
- Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
- Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
- Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
- Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
- Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
- Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
- Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
- Lineritas +10 mV/ º C.
- Arus yang mengalir kurang dari 60 μA
- Dioperasikan pada catu daya 4 V – 30 V.
- Range +2 º C – 150 º C.
- Akurasi 0,5 º C pada suhu ruang.
- Suhu lingkungan di deteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu
Jika dilihat pada grafik, ketika suhu semakin meningkat maka tegangan yang dihasilkan pun semakin besar, dimana setiap perubahan 1º C akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar 10mV
- Gain sangat besar (AOL >>). Penguatan open loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau RF = tak terhingga, serta pada rentang frekuensi yang luas.
- Impedansi input sangat besar (Zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.
- Impedansi output sangat kecil (Zo <<).
1. Amplifier (Penguat)
Amplifier
atau penguat adalah rangkaian elektronik yang digunakan untuk
memperbesar amplitudo sinyal input tanpa mengubah bentuk dasarnya.
Penguat bekerja dengan menggunakan sumber daya eksternal (biasanya
tegangan DC) untuk meningkatkan daya sinyal input. Dalam sistem analog,
penguat berperan penting dalam memperkuat sinyal dari sensor, mikrofon,
antena, atau perangkat input lainnya agar dapat diproses atau dikirim
lebih lanjut.
Salah satu jenis penguat yang paling umum dan fleksibel adalah Operational Amplifier (Op-Amp), yang mampu digunakan dalam berbagai aplikasi hanya dengan mengubah konfigurasi komponennya.
2. Op-Amp (Operational Amplifier)
Op-Amp
adalah penguat tegangan dengan penguatan sangat tinggi, memiliki dua
input (inverting (-) dan non-inverting (+)) serta satu output. Dalam
kondisi ideal, Op-Amp memiliki:
Penguatan terbuka (open-loop gain) tak terhingga.
Impedansi input sangat tinggi.
Impedansi output sangat rendah.
Tegangan output merupakan hasil penguatan dari selisih tegangan antara kedua input.
Op-Amp umumnya digunakan dalam dua konfigurasi dasar, yaitu inverting amplifier dan non-inverting amplifier.
3. Inverting Amplifier
Inverting amplifier adalah konfigurasi di mana sinyal input diberikan ke terminal inverting (-) melalui resistor, sementara terminal non-inverting (+) dihubungkan ke ground.
Ciri-ciri utama:
Sinyal output berkebalikan fasa dengan sinyal input (180° fase balik).
Penguatan (gain) diberikan oleh rumus: Av= Vin/Vout = −Rin/Rf
4. Non-Inverting Amplifier
Non-inverting amplifier adalah konfigurasi di mana sinyal input diberikan ke terminal non-inverting (+), sedangkan terminal inverting (-) dihubungkan ke ground melalui pembagi tegangan (dua resistor).
Ciri-ciri utama:
-
Sinyal output sefase dengan sinyal input (tidak dibalik).
-
Penguatan (gain) diberikan oleh rumus:
A. Prosedur
- Untuk membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang bersangkutan, di ambil dari library proteus
- Letakkan semua alat dan bahan sesuai dengan posisi dimana alat dan bahan terletak.
- Tepatkan posisi letak nya dengan gambar rangkaian
- Selanjutnya, hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh
- Lalu mencoba menjalankan rangkaian , jika tidak terjadi error, maka LED atau Motor akan hidup yang berarti rangkaian bekerja
Bagian sensor infrared berfungsi untuk mendeteksi keberadaan api di dapur. Sensor ini memanfaatkan sinyal pantulan dari cahaya inframerah yang dipancarkan dan diterima oleh modul IR. Output dari sensor infrared dikirim ke input non-inverting Op-Amp (U1), yang kemudian diperkuat dengan perhitungan gain berdasarkan perbandingan resistor. Output Op-Amp ini akan mengaktifkan transistor Q1 ketika tegangan mencapai ambang tertentu. Ketika transistor Q1 aktif, relay RL1 juga akan aktif dan menutup jalur arus ke kipas—tetapi kipas tetap belum menyala jika RL2 belum aktif (dari sensor suhu).
Bagian sensor suhu LM35 menghasilkan tegangan analog yang proporsional terhadap suhu lingkungan (10 mV per derajat Celsius). Output sensor suhu dimasukkan ke input non-inverting dari Op-Amp kedua (U2) untuk diperkuat. Jika suhu lingkungan melebihi ambang batas (misalnya 30°C atau 0,3 V), maka output dari Op-Amp akan cukup besar untuk mengaktifkan transistor Q2. Ketika Q2 aktif, relay RL2 juga aktif, dan jika relay RL1 juga sudah aktif karena deteksi IR, maka keduanya akan menyalakan kipas penyedot asap. Sistem ini efektif untuk meningkatkan keamanan dapur karena kipas hanya akan aktif dalam kondisi darurat yang relevan, yaitu ketika terdapat api dan suhu tinggi.
download file rangkaian [disini]
download file infraed sensor [disini]
Komentar
Posting Komentar